tag:blogger.com,1999:blog-48087129661241884662024-03-13T04:52:17.211-07:00RADAR MERASIBacaan wajib warga Merasi (Kecamatan Tugumulyo, Purwodadi, Sumberharta dan Megang Sakti).
Tulisan yang dimuat adalah berita-berita dari rubrik Radar Merasi dari Surat Kabar Harian MUSIRAWAS EKSPRESDodi MurEkshttp://www.blogger.com/profile/01534195174995637631noreply@blogger.comBlogger10125tag:blogger.com,1999:blog-4808712966124188466.post-9591969919287329522011-12-19T09:00:00.000-08:002011-12-19T09:04:37.134-08:00Hingga Pensiun, Terima Gaji Terbesar Cuma Rp50 Ribu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-G-EiuRuEGko/Tu9t_mH4VXI/AAAAAAAAACc/Pn2cK0cpWgA/s1600/Foto%2BBoks.%2BKasirah%2B%252870%2529%2Byang%2Bmengabdi%2Bsebagai%2BGuru%2Bhingga%2B32%2Btahun..JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="http://4.bp.blogspot.com/-G-EiuRuEGko/Tu9t_mH4VXI/AAAAAAAAACc/Pn2cK0cpWgA/s320/Foto%2BBoks.%2BKasirah%2B%252870%2529%2Byang%2Bmengabdi%2Bsebagai%2BGuru%2Bhingga%2B32%2Btahun..JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
*Kasirah, 32 Tahun Mengabdi Sebagai Guru Honor<br />
<br />
Guru “tua” seperti Kasirah mungkin dinilai barang rongsokan yang bisa dibuang atau diabaikan setelah terlihat tak berdaya. Hingga pensiun, dirinya menerima gaji terbesar cuma Rp50 ribu. Bahkan selama 32 tahun lebih mengabdi tanpa sedikitpun ada tanda jasa. <br />
<br />
DODI CHANDRA – Musi Rawas<br />
<br />
Kasirah, warga Desa Bumi Agung Kecamatan Muara Beliti ini tampak riang menyambut Musirawas Ekspres saat mendatangi kediamannya, Selasa (13/12). Wanita yang dilahirkan 70 tahun lalu di Banyumas Jawa Tengah ini didampingi Sudirman, suaminya, bercerita tentang masa lalunya ketika masih aktif mendidik murid. <br />
<br />
“Saya sudah lama tidak mengajar sejak tahun 2004 lalu. Sudah tua, umur 63 tahun sudah tidak sanggup lagi bekerja. Saya bersyukur masih diberi kesehatan,” kata wanita yang mempunyai enam anak 18 cucu dan empat cicit ini mengawali cerita. <br />
Selepas lulus dari SGB (SR + 4 tahun pendidikan guru) ia mulai terjun ke dunia pendidikan. Pada tahun 1962, ia ditugaskan mengajar di SR kejawar I Banyumas, Jawa Tengah. Dengan pangkat pegawai bulanan sebagai Guru Indria, dengan gaji pokok sebesar Rp492.<br />
<br />
<a name='more'></a> <!--more--><br />
<br />
Lantaran harus mengikuti suaminya yang pindah tugas ke Way Tuba, Lampung Utara. Ia lalu mengajukan permohonan istirahat diluar tanggungan Negara. Suaminya bekerja dibagian alat alat berat besar di Perusahaan Negara Mekanika Pertanian (PN Meka Tani). “Kebetulan disana ada SD saya melamar dan diterima sebagai tenaga lepas dengan honor sebesar Rp105,” tandasnya. <br />
<br />
Pada September di tahun yang sama, dirinya diangkat menjadi pegawai PN Mekatani dengan pangkat Prakarya Pertama golongan I B dengan gaji pokok sebesar Rp500. satu bulan kemudian diangkat menjadi Pjs Kepala Sekolah selama satu tahun lebih. Lantaran tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup, setahun kemudian dirinya mengajukan pengunduran diri dengan hormat. <br />
<br />
Lalu pada Juni 1969 pindah ke Sumatera Selatan yakni di Desa Bumi Agung Kecamatan Muara Beliti. “Pada saat masih baru-baru pecah Gestapu, penduduk disini banyak yang tersangkut dan banyak yang pindah. Baru-baru disini sangat sunyi. Penduduk masih jarang. Kami memulai hidup dengan menjadi petani,” kenangnya. <br />
<br />
Pada tahun 1972, Cabang Muhammadiyah membuka sekolah, dirinya diminta untuk mengajar. karena masih awal, waktu itu menampung siswa sekitar 15 orang. Tempatnya di emperan rumah gindo (kades). Kurang lebih satu tahun tempatnya pindah (sekarang menjadi Polindes) dan sekolah ini berakhir pada tahun 1981. <br />
<br />
“Imbalan saya pada waktu itu dari pribadi walimurid yakni uang sebesar Rp15 dan beras 1 kg perbulan,” jelasnya. Pada tahun ketiga sekolah ini sudah mempunyai tiga kelas murid. Ketiga kelas ini semuanya diajarkan seorang diri. Hanya saja, waktu itu kelasnya dibagi. Pagi untuk kelas satu dan kelas tiga. Kalau kelas satu sudah pulang, barulah kelas dua masuk. “Untuk melanjutkan kelas 4 saya over ke SDN Q Tambah Asri,” jelasnya. <br />
<br />
Pada tahun 1981, SDN Inpres dibuka dan semua murid di sekolah itu dipindahkan ke sekolah tersebut. “Ya terpaksa saya kembali berhenti,” ucapnya. Ketika itu guru SDN Inpres hanya ada satu guru yakni kepala sekolahnya saja yaitu M Nuh Agus dari B Srikaton. <br />
<br />
Karena jarak rumah kepala sekolah dan gedung sekolah jauh apalagi kalau hujan tanah jadi becek. Sehingga menghambat perjalanan kadang malah kepala sekolah sering tidak datang. “Untuk itu, saya kembali dipanggil untuk kembali mengajar. Saya ditugaskan untuk mengajar kelas satu dan kelas dua. Sementara kepala sekolah mengajar kelas tiga,” kata wanita yang juga mengajar ngaji dan sudah tujuh orang murid berhasil mengkhatam al quran yang semuanya belajar dari iqro’.<br />
<br />
Pada waktu itu dirinya diberi imbalan sebesar Rp6 ribu. Kemudian dinaikkan menjadi Rp 15 ribu lalu menjadi 25 ribu. “Pada saat terakhir saya mengundurkan diri gaji terbesar Rp 50 ribu,” kenang wanita yang juga menjadi kader posyandu dan kader KB sejak tahun 1980 hingga kini masih aktif. <br />
<br />
Dari Sekolah SDN Inpres inilah sejak kepala sekolah pertama hingga ke kepsek terakhir dirinya selalu diusulkan untuk untuk diangkat menjadi PNS, namun selalu terkendala. “Perjalanan hidup saya nampaknya sudah digariskan hanya untuk mengabdi kepada masyarakat. Sejak tahun 1972 mengajar di Desa Bumi Agung hingga 2004. Saya jalani dengan ikhlas,” jelasnya. <br />
<br />
Ada pesan bijak yang disampaikan Kasirah. Menurut dia, menjadi guru, bukanlah pekerjaan mudah. Didalamnya, dituntut pengabdian, dan juga ketekunan. Harus ada pula kesabaran, dan welas asih dalam menyampaikan pelajaran. Sebab, sejatinya, guru bukan hanya mendidik, tapi juga mengajarkan. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya.<br />
<br />
“Jika ingin merasakan pengalaman batin yang berbeda, cobalah menjadi guru. Rasakan kenikmatan saat setiap anak-anak itu memanggil anda dengan sebutan itu, dan biarkan mata penuh perhatian itu memenuhi hati anda. Ada sesuatu yang berbeda disana,” ungkapnya mengakhiri perbincangan. (*)Dodi MurEkshttp://www.blogger.com/profile/01534195174995637631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4808712966124188466.post-50846415838696103042011-12-13T23:11:00.001-08:002011-12-19T09:17:35.182-08:00Program 1 Desa 4 Penyuluh Belum Terealisasi<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></div>
<div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-EVxcvcXIc14/Tu9xpJO20LI/AAAAAAAAAC8/QcsGN8wrC0I/s1600/DSC_0371.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="http://3.bp.blogspot.com/-EVxcvcXIc14/Tu9xpJO20LI/AAAAAAAAAC8/QcsGN8wrC0I/s320/DSC_0371.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">MEGANGSAKTI–Jumlah tenaga penyuluh petanian di Kabupaten Musi Rawas dinilai masih belum ideal. Program Pemkab Mura yang mencanangkan setiap satu desa harus memiliki empat tenaga penyuluh pertanian belum terealisasi. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Saat ini, dalam satu desa baru terisi oleh satu tenaga penyuluh. Itupun banyak yang bolos. Parahnya, banyak penyuluh yang tidak memberikan pendidikan kepada para petani. Padahal, tujuannya untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) petani,” jelas Siti Rusnani (44) warga Desa Megang Sakti II kepada Musirawas Ekspres. </span><br />
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Seharusnya, menurut dia, jika pemerintah tidak merealisasikan satu desa empat penyuluh, maka pemerintah seharusnya membekali penyuluh yang ada dengan pengetahuan yang mencakup kegiatan penyuluhan pertanian seperti pertanian, peternakan, kehutanan dan perkebunan. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Pengetahuan satu penyuluh yang ada harus polipalen yakni mencakup pertanian, peternakan, kehutanan dan perkebunan. Penyuluh harus mencari informasi teknologi ke perguruan tinggi. Dari informasi itu disampaikan ke petani lalu dievaluasi kepada pertanian cocok atau tidak serta mengembangkan kelompok tani,” jelasnya. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kendalanya saat ini, pemerintah kurang menyiapkan dana tenaga penyuluh berangkat ke perguruan tinggi untuk menambah ilmu. Selain itu, tenaga penyuluh kebanyakan tidak mau ditempatkan didaerah terpencil. “Akhirnya tenaga penyuluh itu hanya bermalas-malasan,” tandas Siti. (</span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">ufa</span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">)</span></div>Dodi MurEkshttp://www.blogger.com/profile/01534195174995637631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4808712966124188466.post-1358767796869966942011-12-13T23:09:00.001-08:002011-12-19T09:10:02.022-08:00Pendapatan Rendah, Sektor Pertanian Tak Lagi Menarik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-_IrB3TG2xNM/Tu9v2v7NBII/AAAAAAAAACk/536pW5vIoHQ/s1600/DSC_0577.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="http://1.bp.blogspot.com/-_IrB3TG2xNM/Tu9v2v7NBII/AAAAAAAAACk/536pW5vIoHQ/s320/DSC_0577.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">*Maraknya Alih Fungsi Lahan </b></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
Pendapatan petani yang rendah, mahalnya harga pupuk dan malah terkadang langka, membuat sektor pertanian tak lagi menarik. Selain itu, tingginya nilai tanah menjadi motif para petani untuk menjual lahan sawahnya kepada pihak lain. Alih fungsi sawah ini mengancam upaya pencapaian swasembada beras serta dapat menyurutkan jargon Musi Rawas sebagai lumbung beras. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">DODI CHANDRA - Tugumulyo</b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Setiap tahunnya areal persawahaan di kawasan Merasi terus menyusut. Kebanyakan areal persawahan beralih fungsi menjadi perumahan dan ruko. Jika tidak segera dihentikan, areal persawahan di Kabupaten Musi Rawas tiap tahun bakal berkurang. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Padahal kawasan persawahan ini menjadi “pemandangan desa”. Kawasan yang selalu diidentikkan dengan pemandangan sawah, air sungai yang mengalir, dan landscape gunung dari kejauhan. Karena sawah ini terletak di pinggir jalan utama keluar masuk Merasi. </div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Maka bagi penduduk keberadaan sawah ini adalah hiburan cuci mata ketika pergi dan pulang beraktivitas. Warga dapat melihat para petani menggarap sawah untuk ditanami padi, memanen padi yang menguning, atau melihat kawanan bebek yang diangon mencari dedak padi di sawah.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Manusia memang butuh tempat tinggal dan kecukupan sandang pangan. Pertambahan penduduk dan faktor ekonomi yang kian tinggu di Tugumulyo mengakibatkan sawah-sawah itu beralih fungsi menjadi pemukiman dan ruko,” ujar Hadi Siswanto (46) salah seorang Petani di Desa F Trikoyo saat dibincangi Musirawas Ekspres, Senin (5/12). </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Menurut dia, pengalihfungsian sawah itu terpaksa dilakukan karena tidak lagi bergairah untuk menggarap sektor pertanian. Biaya penanaman untuk satu kali musim tanam mahal. Belum lagi ditambah dengan obat-obatan yang mahal dan terkadang susah didapat. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kemudian, rendahnya harga jual beras di tingkat petani setiap kali musim panen selalu menurun yang terkadang harus menumpuk di penggilingan tidak ada pembeli. Rendahnya harga jual ini disebabkan tidak adanya penampung yang membeli hasil panen sehingga petani terkadang menjual hasil panen mereka dengan harga yang sudah ditentukan tengkulak.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Pemerintah dan Bulog dinilai tidak terlalu serius menanggapi kesulitan petani ini, karena selama ini belum ada petugas Bulog yang membeli hasil panen petani langsung ke petani yang ada selama ini Bulog bekerja sama dengan pengumpul yang harga belinya jauh di bawah harga tengkulak,” jelasnya. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ditambahkannya, pihak Bulog mau membeli beras dari petani hanya pada saat musim panen, dimana pada saat itu ketersediaan beras cukup melimpah sehingga mempengaruhi harga jual bahkan tidak sesuai dengan Harga Pokok Penjualan (HPP) yang sudah ditetapkan pemerintah.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Selain itu, soal air irigasi yang tak kalah penting mempengaruhi alih fungsi sawah. Banyak jaringan irigasi yang bangunan-bangunannya masih tetap utuh. Belum ada yang terlalu parah. Beberapa ruas irigasi tetap dilakukan perbaikan. Padahal tidak ada airnya. “Dalam beberapa tahun terakhir ini, debit air tidak cukup untuk mengairi lahan sawah yang selama ini dijadikan sebagai tumpuan harapan untuk menafkahi keluarga,” ujar Tugino (45) yang mengaku sudah menjual sawahnya tidak lebih dari Rp100 ribu per meter itu. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lain halnya dengan Hasan (35). Ia berharap adanya aturan yang membatasi pembangunan ruko dan perumahan. Sebab bila tidak dibatasi, areal persawahaan yang masih jadi sumber hidup para petani akan ikut tergusur. "Selama ini belum ada kebijakan terkait rencana tata ruang wilayah dan belum adanya insentif bagi petani dalam mempertahankan ketersediaan lahan sawahnya," jelasnya. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pengalihfungsian lahan ini telah berdampak pada produksi padi yang semakin berkurang dari tahun ke tahun, sementara pertumbuhan dan penambahan penduduk terus meningkat dari waktu ke waktu, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan antara produksi padi dan jumlah penduduk.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sementara itu, pada Januari 2011 Bupati mengeluarkan Surat Edaran yang merujuk UU nomor 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/permentan/OT.140/9/2009 tentang kriteria tekhnis kawasan peruntukan pertanian, berisikan keprihatinan alih fungsi lahan pertanian akibat adanya peningkatan penduduk dengan kebutuhan lahan perumahan dan kawasn perdagangan khususnya di kawasan pertanian beririgasi teknis. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bupati juga mengintruksikan agar semua pihak tidak merekomendasikan dan atau menerbitkan izin IMB pada lahan pertanian pangan menjadi komoditas di luar tanaman pangan. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam UU itu, bagi yang mengalih fungsikan lahan pertanian irigasi teknis didenda Rp1 Milyar dan harus mengganti lahan yang sama di daerah lainnya seluas tiga kali lipat dari lahan yang dilaihfungsikan. kemudian untuk sawah setengah irigasi teknis mengganti dua kali lipat dan sawah tadah hujan mengganti sesuai ukuran lahan yang dialih fungsikan. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lalu, sejauh mana UU tersebut diberlakukan? Toh sepanjang jalan tiap hari, ada saja truck-truck besar yang berisi tanah menimbun areal persawahan. “Birahi” kaum kapitalis untuk mengeruk laba kian tinggi. Mereka tenteram, mereka diuntungkan oleh sektor pertanian yang kian lama kian tak menarik itu. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bagi sebagian kalangan terutama aktifis lingkungan, menyebutkan mereka adalah bajingan besar. Namun tak semua orang ikhlas menyebut mereka bajingan besar. Para pembela kaum pemodal berkata, mereka hanyalah orang-orang baik yang menyediakan barang dan jasa. (*)</div>Dodi MurEkshttp://www.blogger.com/profile/01534195174995637631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4808712966124188466.post-63097006461187571712011-12-13T23:06:00.001-08:002011-12-18T09:31:29.106-08:00Warga Resah, Buaya Sering Muncul Di Sungai<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-oabJWQ30RSc/Tu4jX4f88gI/AAAAAAAAABc/bO-qrGUfFPU/s1600/buaye.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://4.bp.blogspot.com/-oabJWQ30RSc/Tu4jX4f88gI/AAAAAAAAABc/bO-qrGUfFPU/s320/buaye.jpg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">TUGUMULYO- </b>Populasi buaya di wilayah Desa L Sidoharjo diperkirakan meningkat yang ditandai dengan bertambah banyaknya jumlah buaya yang berkeliaran dibarengi meluasnya sebaran. Demikian dikemukakan Mahmudi, Kepala Desa (Kades) L Sidoharjo kepada Musirawas Ekspres, Senin (5/12). </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Menurut Kades, kondisi ini sangat mencemaskan warga, sebab rata-rata sungai tempat buaya berkeliaran merupakan sumber daya alam yang berperan penting kehidupan masyarakat dan rata-rata membentang di perkampungan penduduk.</div><div class="MsoNormal"></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Menurut keterangan warga, lanjut Kades, kemunculan buaya sudah berlangsung sejak setahun terakhir. Kemunculan makhluk dari keluarga crocodylidae ini tidak hanya terbatas di sungai-sungai pedalaman, tapi telah merambah ke aliran sungai-sungai di perkampungan.</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Setahun yang lalu melihat seekor buaya besar berkeliaran di sungai itu. Diperkirakan itulah buaya yang pernah coba menerkam seorang yang sedang berada di sungai, namun luput. "Hanya kakinya saja yang terluka," kata Kades. </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Buaya akhir-akhir ini terlihat bertambah banyak dengan ukuran yang digambarkan sudah lumayan besar dengan panjang sekitar 3 hingga 4 meter. Hingga kini warga tidak tahu persis dari mana asal muasal buaya. “Namun banyak yang mengatakan kalau buaya ini adalah buaya dari Sadar Karya. Karena sungai ini masih dalam aliran sungai itu. dan dahulu ada warga disana yang menjadi korban terkaman buaya,” jelas Kades. </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Dikatakannya, agar ketakutan masyarakat terhadap buaya yang berukuran cukup besar tersebut hilang. Dia berharap pemerintah mengambil langkah cepat, terutama menangkap buaya tersebut hidup-hidup. <br />
<br />
Dulu sudah pernah diusulkan ke pemerintah yang ditanggapi dengan memasang papan informasi yang berisi larangan agar tidak beraktifitas disungai. Kita tidak cuma menginginkan papan larangan tetapi upaya untuk mengatasi buaya yang sering muncul itu. Kita tak ingin ada korban, baru pemerintah bertindak,” harap Kades. (<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">ufa</b>)</div>Dodi MurEkshttp://www.blogger.com/profile/01534195174995637631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4808712966124188466.post-13798835438166234332011-12-13T23:05:00.000-08:002011-12-19T09:11:56.995-08:00Rela Antri, Khawatir Nantinya Bayar Mahal<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-7u-HSlkF1-Q/Tu9wUSVssEI/AAAAAAAAACs/S_xyAu4rTCE/s1600/DSC_0417.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="http://1.bp.blogspot.com/-7u-HSlkF1-Q/Tu9wUSVssEI/AAAAAAAAACs/S_xyAu4rTCE/s320/DSC_0417.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<b>//Cerita Warga Saat Pembuatan e-KTP </b><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pengurusan KTP elektronik (e-KTP) di Musi Rawas banyak dikeluhkan warga. Prosesnya dinilai merepotkan karena warga harus mengantri selama berjam-jam. Meski demikian warga rela antri lantaran diisukan jika melewati batas waktu, pengurusan e-KTP bakal lebih repot dan biaya yang sangat mahal. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">DODI CHANDRA-Musi Rawas</b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sejak 4 Oktober lalu, masyarakat Kabupaten Musi Rawas secara bergantian mendatangi kecamatan, tempat dimana proses pembuatan e-KTP dilakukan. Sesuai dengan Perpres 67/2011 tentang perubahan kedua atas Perpres Nomor 26/2009 tentang Penerapan KTP Berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional. Dalam Perpres tersebut pada pasal 10 B ayat 2 tertulis; instansi pemerintah, pemerintah daerah, lembaga perbankan, dan swasta wajib memberikan pelayanan bagi penduduk dengan berdasarkan e-KTP.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Akhirnya selesai juga proses melelahkan membuat e-KTP di kantor kecamatan. Kalau proses cara membuat e-KTP seperti entry atau pemasukan data dan foto sih tidak sampai lima menit namun yang bikin lama nunggu giliran dipanggilnya, mana malam-malam lagi. Bayangin saja, datang jam 18.15 baru selesai sekitar jam 22.00 lebih sedikit. mana anak saya rewel lagi,” tutur Wagito (45) warga H Wukirsari saat dibincangi Musirawas Ekspres, Rabu (7/12). </div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ia mengatakan sudah mengikuti prosedur yang ada, di kertas undangan tertulis pukul 13.00 – 14.00 WIB biar tidak mepet, ia mengaku datang lebih awal sekitar jam 12.15 WIB, setelah mengambil nomor antrian lalu ia menuju ruang tempat pengambilan foto dan sidik jari. “Waktu itu perasaan saya lumayan tenang dan santai sebab hanya beberapa orang saja yang mengantri. Setelah beberapa saat menunggu, ada beberapa orang yang datang belakangan tapi kok lebih duluan dipanggil sama petugasnya,” kenangnya. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Setelah memberanikan diri nanya sana-sini ke beberapa petugas, ternyata petugas menjelaskan kalau mereka sudah antri tadi pagi bahkan ada yang sejak pagi namun baru datang malamnya. Petugas jaga yang lain bilang, Patokannya tidak harus jam kok yang penting pada tanggal dan hari itu. “Kalau tahu begitu mendingan mendaftar pagi saja, datangnya sore sambil jalan-jalan bareng anak istri, kan asik tuh,” imbuhnya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lain lagi, penuturan Priyatno (30) warga Desa Q1 Tambah Asri. Menurut dia, dirinya harus antrian karena sudah banyak isu yang menyebutkan repotnya jika tidak mengurus e-KTP sesuai jadwal. “Kalau menurut teman saya, di kecamatan lain. Mereka harus segera mengurus e-KTP karena pada tahun 2012, biaya nya bisa mencapai Rp300 ribu perorang. Kemudian, alat e-KTP sudah dikembalikan ke Jakarta. Sehingga, kita harus menunggu alat datang lagi baru bisa buat KTP. Kami khawatir, banyak urusan yang tidak selesai gara-gara e-KTP yang belum buat,” jelasnya. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Selain itu, ada masalah lain yang tidak kalah penting. Masalah itu adalah banyak data individu pada undangan e-KTP yang salah. Kesalahan itu diantaranya adalah tanggal lahir, alamat dan bahkan jenis kelamin. Banyak warga terpaksa harus pulang karena didata berkelamin beda dari aslinya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Kesalahan tanggal dan tahun lahir ini juga terjadi pada keluarga saya. Data tanggal dan tahun lahir ayah dan simbok saya tidak sesuai dengan KTP terdahulu dan yang tertera pada Kartu Keluarga. Tanggal dan tahun lahir pada KTP lama dan KK -lah yang sebenarnya benar,” jelas Susi (28) Warga Kelurahan B Srikaton. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dia mengira pada proses pembuatan e-KTP ini kesalahan data pada undangan bisa langsung diperbaiki bila individu bisa menunjukan dokumen terkait, Kartu Keluarga misalnya. Tadi karena baru setibanya di kantor kecamatan menemukan ada kesalahan tahun dan tanggal lahir dan lalu kemudian mengambil Kartu Keluarga (C1) di rumah. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ternyata kesalahan data seperti ini tidak bisa diperbaiki secara langsung.</div>
<div class="MsoNormal">
Menurut petugas, bila terjadi kesalahan dan melakukan revisi, maka individu atau keluarga akan diundang lagi mengikuti proses pembuatan e-KTP di kecamatan Tugumulyo pada bulan Januari 2012.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam ngobrol-ngobrol di lingkungan kantor kecamatan selama menunggu antrian, datanglah ‘seseorang’. Dia menyarankan agar pembuatan e-KTP lancar dan tidak merepotkan, semua pertanyaan konfirmasi dari petugas pembuatan e-KTP agar diiyakan saja, meskipun salah. Kelak tinggal Kartu Keluarga saja yang ‘disesuaikan’, dirubah sesuai dengan eKTP yang baru.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Tentu saja saya menolak saran ini. Kenapa sesuatu yang sebelumnya sudah benar malah dibuat salah hanya untuk memintas proses agar tidak repot. Saya bersikukuh untuk menempuh jalan yang repot untuk dilalui keluarga kami. Ayah dan Simbok pun memilih pulang dan menunggu undangan pada proses revisi yang katanya akan dilakukan pada Januari 2011. Bukankah pembuatan e-KTP bertujuan untuk meminimalisasi ketidak akuratan data kependudukan,” ungkap Susi. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Terkait dengan kesalahan-kesalahan data individu dan keluarga pada undangan pembuatan e-KTP ini bagi dia memang mengherankan, menjengkelkan dan sekaligus memalukan. Kalau ada satu atau dua kesalahan sebenarnya masih bisa dimaklumi sebagai sesuatu yang manusiawi.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dibagian lain, petugas perekaman e-KTP sering memberikan informasi yang tidak pasti dan simpang siur mengenai pelaksanaan perekaman e-KTP kepada wajib KTP, terutama kepada wajib KTP yang hendak memperbaiki data. Kondisi ini membuat sejumlah wajib KTP Musi Rawas bingung dan malas melaksanakan perekaman e-KTP.</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
Terlalu banyaknya kesalahan itu kemudian membuat warga bertanya-tanya. Data itu diambil dari mana? Dari udara atau dari lautan bebas? Apakah petugas catatan sipil yang bertugas melayani pembuatan KK dan KTP di kantor kecamatan tidak pernah menyimpan data kependudukan. Data tidak mereka anggap lagi sebagai sesuatu yang penting setelah KK dan KTP dicetak dan diserahkan kepada pemegangnya?</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kesalahan-kesalahan yang mencolok seperti ini bisa dijadikan indikator keseriusan pemerintah untuk mewujudkan identitas tunggal bagi tiap warga negara.</div>
<div class="MsoNormal">
Dan bagi masyarakat adalah sesuatu yang merepotkan. Bagaimana tidak. Untuk proses kali ini saja masyarakat sudah mengeluarkan ongkos partisipasi yang mahal. Untuk datang ke kantor kecamatan mereka sudah rela menghentikan aktifitas harian, pulang dari tanah rantau, ijin dari tempat kerja atau tidak masuk kampus bagi pelajar dan mahasiswa. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Idealnya tentu saja proses pembuatan e-KTP itu selesai pada hari itu juga. Tidak ada yang pernah berharap untuk mendapatkan kenyataan data asal-asalan dan menunggu proses revisi. Catatan lagi, adalah e-KTP tidak serta merta jadi setelah proses pembuatan e-KTP yang disebut diatas dilalui. Masih harus menunggu beberapa lama lagi entah sampai kapan. Pembuatan e-KTP tidak secepat pembuatan SIM. Dugaan bahwa e-KTP untuk mempersingkat dan perbaikan kualitas pelayanan publik itu ternyata belum benar. (*) </div>Dodi MurEkshttp://www.blogger.com/profile/01534195174995637631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4808712966124188466.post-88061743378881566172011-12-13T23:02:00.001-08:002011-12-19T09:19:34.472-08:00Elpiji 3 Kg Dan Mitan Sulit Didapat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-icZ2cXwoHsY/Tu9yIA0lScI/AAAAAAAAADE/6KlYVKEye9E/s1600/elpiji.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="206" src="http://1.bp.blogspot.com/-icZ2cXwoHsY/Tu9yIA0lScI/AAAAAAAAADE/6KlYVKEye9E/s320/elpiji.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">SUMBERHARTA –</b> Warga Kecamatan Sumberharta, kembali mengeluhkan sulitnya mendapat gas elpiji dari toko-toko terdekat atupun agen penyalur resmi sejak dua pekan terakhir. Kini, warga terpaksa menggunakan kayu bakar lagi untuk memasak. Sementara minyak tanah jarang didapat di kawasan itu. <br />
<br />
“Kalau pake kompor gas, elpijinya susah didapat. Baik yang tabung 12 kilo maupun yang tabung 3 kilo. Sementara, minyak tanah di kawasan ini sudah lama tak dijual lagi. Kalaupun ada, harganya sangat mahal,” kata Bakaruddin (43), warga Desa Sumberjaya Kecamatan Sumberharta kepada Musirawas Ekspres, Selasa (8/12). </div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal">
<br />
Ditambahkannya, untuk mendapatkan elpiji warga terpaksa repot harus ke kawasan Tugumulyo. Ini juga harus dipesan lebih dahulu. “Kalau tidak mesan dulu, kita tidak kebagian,” tandasnya. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Senada yang diungkapkan Rusnaini (28), warga yang sama. Dia menuturkan sudah tiga hari keliling ke desa-desa sekitar untuk mendapatkan elpiji. Bahkan hingga kemarin masih juga belum mendapatkan gas elpiji. Untuk mengatasi hal ini, ia mengaku kembali menggunakan kayu bakar yang selama ini sudah disimpan di gudang. "Sudah tiga hari ini saya keliling ke beberapa tempat tidak ada stok elpiji. Padahal, rela saya beli mahal kalau sudah langka begini," tuturnya. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Disisi lain, masyarakat di sejumlah kecamatan di Kabupaten Musirawas hingga saat ini mengaku masih membutuhkan minyak tanah sebagai bahan utama keperluan rumah tangga. “Warga yang tinggal di perkotaan mungkin tidak resah dengan hilangnya minyak tanah, tetapi kami yang tinggal di kebun seperti ini sangat kesulitan jika tidak menggunakan mitan,” kata Maryam petani karet yang mengaku dari daerah pedalaman Sumberharta kepada Musirawas Ekspres.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dikatakannya, diluar kasus meledaknya kompor gas disejumlah daerah, masyarakat yang berada di daeah-daerah terpencil (pedesaan) jelas masih lebih memilih kemudahan mendapatkan minak tanah ketimbang bahan bakar gas.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Maryam juga mengaku, untuk kebutuhan sehari-hari, keluarganya masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan utama memasak dan keperluan lain, sementara kegunaan minyak tanah dipedesaan selain untuk bahan baker untuk memasak, secara umum minyak tanah juga dipakai untuk bahan baker penerangan di kebun. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Minyak tanah merupakan kebutuhan bahan bakar rumah tangga utama bagi masyarakat yang tinggal di kebun, karena minyak tanah selain untuk memasak, juga untuk keperluan penerangan di pondok,”jelas Maryam. (<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">ufa</b>)</div>Dodi MurEkshttp://www.blogger.com/profile/01534195174995637631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4808712966124188466.post-55791896875643589772011-12-13T23:00:00.001-08:002011-12-19T09:15:20.270-08:00Tambang Pasir Sukomulyo Resmi Ditutup<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-YhSk7tL8pUE/Tu9xHAvqIvI/AAAAAAAAAC0/6SfcENxMJvA/s1600/DSC_0524.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="http://1.bp.blogspot.com/-YhSk7tL8pUE/Tu9xHAvqIvI/AAAAAAAAAC0/6SfcENxMJvA/s320/DSC_0524.JPG" width="320" /></a></div>
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">TUGUMULYO-</b>Tambang galian pasir di Desa I Sukomulyo, Kamis (8/12), resmi ditutup. Kegiatan penertiban dilakukan dengan mengerahkan puluhan Anggota Satpol PP Kabupaten Musi Rawas dibantu dengan sejumlah aparat Kepolisian dan TNI itu dimulai pukul 14.00 WIB berlangsung tertib. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kegiatan ini dipimpin langsung Camat Tugumulyo Ruslan yang didampingi Kasi Trantib Hasan Basuni, Suharianto Kades I Sukomulyo. Turut hadir dalam kegiatan itu, Kasat Pol PP David Pulung, Kabid Ops Satpol PP Edy Supriyo, Kapolsek Tugumulyo AKP Bambang Suwono, Perwakilan Dinas Perhubungan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertambangan dan sejumlah pejabat lainnya.<br />
<br />
<a name='more'></a> </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pantauan koran ini di lapangan, sebelum dilakukan penertiban, pengusaha tambang tampaknya sudah sudah mengetahui adanya rencana ini. Sehingga, saat Tim Penertiban sampai di lokasi tambang, suasana nampak lengang. Tidak ada lagi satupun mesin-mesin penyedot pasir yang biasanya bertengger diatas ponton. Begitu juga dengan truk-truk pengangkut pasir. Yang ada, tinggal beberapa ponton yang belum sempat dibongkar. “Pemindahan barang sudah dari malam tadi. Banyak truk yang mengangkut alat-alat seperti mesin, pipa dan drum-drum dari lokasi ini,” celetuk salah satu warga saat dibincangi Musirawas Ekspres. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sesampai di lokasi tambang, puluhan Anggota Satpol PP langsung merobohkan pondok-pondok dan alat-alat penambang. Sejumlah penambang menolak pondoknya dirobohkan, sehingga sempat terjadi keributan kecil dengan petugas. Penambang berjanji segera merobohkan pondok-pondok itu sendiri. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Supar (60) warga Kali Sereng, salah satu penambang saat dibincangi Musirawas Ekspres mengatakan, pihaknya sudah kooperatif untuk menutup tambang galian C ini. Namun, ada beberapa alat yang memang belum sempat dilakukan pemindahan. “Kami sudah mengangkut bebarapa alat. Namun, untuk ponton dan pondok memang belum dibongkar. Karena untuk membongkar ponton memerlukan waktu yang tidak sedikit. Untuk membongkar ponton itu, kami masih membutuhkan pondok untuk beristirahat,” katanya kepada Camat Tugumulyo dan Kabid Ops Satpol PP. </div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
Dengan ditutupnya tambang pasir ini, dirinya mengaku sudah diprediksikan sejak awal. Bagi penambang, menurut dia, penutupan ini tidak menjadi masalah yang berarti. Akan tetapi, akan menjadi masalah bagi pihak-pihak yang membutuhkan pasir. Seperti kontraktor dan masyarakat yang membutuhkan pasir untuk pembangunan rumah pribadi. Karena, satu-satunya tambang pasir yang besar yang bisa mencukupi kebutuhan pembangunan di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau. “Kalau bagi kami, tidak jadi masalah. Tapi akan jadi masalah bagi masyarakat pengguna pasir,” jelasnya. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mengenai izin tambang, pihaknya sudah berupaya membuat izin namun tidak ada satupun pihak yang bisa memberikan izin. Bahkan, dirinya sudah sampai ke Dinas Pertambangan Kabupaten Musi Rawas. “Jawabannya masih menunggu pertimbangan Bupati,” tandas Supar. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Senada yang diungkapkan Hasan (45) penambang dari Simpang Periuk. Menurut dia, lahan yang ditambangnya adalah lahan pribadi milik dia. Sebagai warga negara, ia juga sudah berupaya membuat surat izin tambang. “Info terakhir yang saya dengar, Bupati mengizinkan, asal masih dalam batas pekerjaan manual tidak menggunakan alat berat. Makanya kita bisa beroperasi,” ungkap Hasan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Hasan mengatakan, lahan yang digarap sekarang adalah laha yang sudah tidak lagi berfungsi. Hendak dijadikan sawah, padi tidak tumbuh. Lantaran, ada pasir dibawahnya maka dirinya melakukan usaha tambang ini. “Kalau untuk izin, memang tidak ada. Karena kami bingung mau buat izin kemana. Sementara, apa kebutuhan desa dipenuhi, setiap bulan harus mengeluarkan koral satu truk atau seharga Rp 600 ribu,” katanya. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ia menjelaskan, dalam sehari dirinya bisa menghasilkan 15 truk atau setara dengan 60 kubik. Satu kubik dijual dengan harga Rp100 ribu. Belum dikurangi dengan tenaga penyekop, biaya BBM dan operator. Sehingga dalam satu kubik hanya dapat Rp40 ribu. “Untuk membuat ponton kami membutuhkan biaya jutaan rupiah. Satu drum membeli seharga Rp 200 ribu. Belum ditambah pipa dan bambu serta kayu,” papar Hasan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Penertiban yang memakan waktu hingga 2 jam lebih ini, menjadi tontonan warga. Puluhan warga berkumpul dipinggir lokasi sejak awal hingga penertiban selesai. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sementara itu, Camat Tugumulyo mengintruksikan kepada Kepala Desa dan perangkat setempat untuk memantau “pembersihan” lokasi ini hingga benar-benar kosong. “Saya sudah minta kepada Kepala Desa Sukomulyo untuk terus memantau lokasi hingga bersih. Sampai tidak ada lagi alat-alat yang berkaitan dengan penambangan,” kata Camat. (<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">ufa</b>)</div>Dodi MurEkshttp://www.blogger.com/profile/01534195174995637631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4808712966124188466.post-25285837715019396972011-12-13T22:58:00.000-08:002011-12-13T22:58:57.055-08:00Tradisi Rantangan Dikembalikan ke Fungsi AwalPURWODADI-Tradisi rantangan di Kecamatan Purwodadi yang sudah dimanfaatkan warga hingga kebablasan, kemarin (30/11) disepakati agar kembali ke fungsi semula. Kesepakatan ini ditandatangani secara resmi oleh sejumlah pemangku adat se Kecamatan setempat yang difaslitasi oleh Camat juga disaksikan dan diketahui oleh Bupati Musi Rawas. <br />
<br />
Koordinator Pemangku Adat Kecamatan Purwodadi, Sudjono mengatakan kesepakatan ini sudah adalah hasil musyawarah pada Tanggal 17 November 2011 yang dihadiri Tokoh Pemangku Adat, Tokoh Desa, Tokoh Pemuda dan aparat pemerintahan setempat.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Menurut dia, tradisi rantangan sudah dilakukan warga sejak puluhan tahun. Rantangan awalnya adalah sebagai bentuk penghargaan warga yang mempunyai hajatan kepada para tokoh-tokoh adat, tokoh pemerintah dan pejabat penting. Namun akhir-akhir ini. Kegiatan ini kian meresahkan masyarakat. <br />
<br />
Bagaimana tidak, dalam sehari sedikitnya 4 hingga 5 rantangan. Padahal tidak sedikit rantangan yang diperoleh warga diberikan oleh orang yang tidak dikenal. Disisi etika, setiap rantangan diharuskan untuk menyumbang. <br />
<br />
“Tradisi rantangan awalnya hanya diberikan kepada para tokoh-tokoh yang dihormati. Namun, sekarang terkesan dijadikan ajang bisnis. Sederhananya, yang punya hajat spekulasi dengan cara membagikan rantang hingga ribuan. Jika, rantangan tersebut berhasil maka hajatan akan menghasilkan uang yang melebihi dana hajatan. Tapi jika tidak, maka yang punya hajatan akan mengalami kerugian bersa. Maka tak heran, jika banyak masyarakat yang sudah menggelar hajatan menjual sawah dan kebun untuk menutupi biaya hajatan,” papar Sudjono. <br />
<br />
Sementara, lanjut dia, orang yang menerima rantangan mempunyai beban moral untuk dapat hadir yang memberikan sumbangan. “Iya, kalau lagi ada duit. Kalau tidak maka, akan diacuhkan,” tandasnya. <br />
<br />
Sementara itu, Camat Purwodadi, Imam Musadar mengemukakan, kesepakatan ini akan segera disosialisasikan kepada masyarakat. “Memang tadi sudah diumumkan. Namun kita tetap akan membuat tim, untuk melakukan Roadshow ke masyarakat Kecamatan Purwodadi. Target kita awal tahun 2012, kesepakatan ini sudah berjalan. Tradisi rantangan yang sudah kebablasan ini dikembalikan kepada fungsi semula,” jelasnya. (ufa)Dodi MurEkshttp://www.blogger.com/profile/01534195174995637631noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4808712966124188466.post-29624537824412408262011-12-13T22:57:00.000-08:002011-12-13T22:57:07.225-08:00Jalan TMMD Dwijaya Belum Bisa Dilalui<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">TUGUMULYO-</b>Pembukaan jalan baru yang dilaksanakan melalui TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) di Desa G2 Dwijaya, hingga kini belum dapat dinikmati sepenuhnya. Warga masih belum bisa melintasi jalan sepanjang kurang lebih 2 kilometer itu. demikian dikemukakan Pulung, Kades G2 Dwijaya kepada Musirawas Ekspres (Rabu (30/11). </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Awalnya, cerita Pulung, memang warga meminta agar dibuka jalan dari Dusun IV menuju Dusun VII sehingga merelakan tanaman karet mereka untuk pembangunan jalan tanpa ganti rugi. Tapi sayangnya, hingga kini akses jalan belum bisa dinikmati warga. </div><div class="MsoNormal"></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">“Jalan hasil program TMMD itu masih sangat parah, belum bisa dilalui. Padahal warga berharap dengan adanya pembukaan jalan baru ini dapat segera dinikmati. Namun nyatanya masih belum juga bisa dilalui,” ujar Pulung.</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Ia juga mengatakan jalan yang buka itu masih belum selesai. Dalam artian, jarak lintas yang seharusnya adalah sekitar 3,5 kilometer, namun yang baru dilaksanakan hanya 2 kilometer. Dikatakannya, untuk menuju Dusun VII biasanya warga harus memutar hingga melewati 3 desa yaitu Desa M Sitiharjo, Desa O MangunHardjo, P1 Mardihardjo dan Desa P2 Purwodadi baru bisa menuju dusun VII. </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">“Untuk itulah, warga rela kebun karetnya dipotong untuk jalan. Sekarang, karet sudah ditebang, jalan masih mutar. Atas nama warga, saya berharap kepada pemerintah untuk segara melakukan peningkatan jalan tersebut,” katanya. (</span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">ufa</span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">)<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"><br />
</span></span>Dodi MurEkshttp://www.blogger.com/profile/01534195174995637631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4808712966124188466.post-9026618695347451452011-12-13T22:16:00.001-08:002011-12-18T08:28:01.991-08:00Ust Yusuf Mansyur Usulkan Musi Rawas Hafal Yassin<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-_dD2e7D-eDc/Tu4UfBjiHeI/AAAAAAAAAAU/E52IhEHHKF8/s1600/DSC_0185.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="215" src="http://3.bp.blogspot.com/-_dD2e7D-eDc/Tu4UfBjiHeI/AAAAAAAAAAU/E52IhEHHKF8/s320/DSC_0185.JPG" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-k43YUeFcA4E/TuhAhyyVi5I/AAAAAAAAAAM/0_Q9EuJUs-k/s1600/Foto+Ilustrasi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">//Satu Hari Satu Ayat </b></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">PURWODADI-</b>Ada yang unik saat Ustad Yusuf Mansyur menyampaikan tausyiah dihadapan ribuan warga di lapangan Desa Mardiharjo Rabu (30/11) kemarin. Seolah menantang, Ustad muda itu mengusulkan kepada Bupati Musi Rawas membuat program tak hanya khatam Al-Quran, namun juga hafal ayat-ayat suci salah satunya surat Yassin.</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Menurut dia, hal ini juga dalam rangka mendukung program Mura Darussalam. Sehingga seluruh elemen masyarakat diwajibkan untuk menghapal Surat Yassin. “Caranya sangat mudah. Satu hari hafalkan satu ayat. Sehingga dalam waktu 83 hari, warga Musi Rawas sudah hafal Surat Yassin,” terangnya.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal">Tak hanya pejabat, ia meminta agar Bupati mengintruksikan kepada kepala Dinas, Badan, kantor, kecamatan hingga tingkat RT atau Kadus harus hafal. Jika Kepala Dinas masih mau kerja, diminta hafal Yassin. Begitu juga dengan Camat, Lurah, Kades maupun Kadus. Dengan begitu, Kualitas program Mura Darussalam semakin berhasil </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">“Jika seluruh warga sudah bisa menghafal surat yassin, maka bukan tidak mungkin akan dilakukan wisuda terbesar di lapangan ini lagi. Bagaimana Pak Bupati?” ucap ustad seraya melihat Bupati yang terlihat sedang mengangguk-angguk.. </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Untuk lebih mengairahkan warga, Bupati juga diminta untuk menyiapkan tiket umrah gratis kepada 5 orang warga. Caranya nomor KTP diacak lalu diundi, bagi yang keluar namanya, dilakukan tes hapalan </span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">surat</span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;"> yassin. “Jika hapal dengan lancar maka diberangkatkan umroh gratis, jika tidak diundi lagi yang lain,” katanya. (</span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">ufa</span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">)</span></div>Dodi MurEkshttp://www.blogger.com/profile/01534195174995637631noreply@blogger.com0